Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Imun

Kasus

Tn. A berobat ke RS AC dengan keluhan panas yang tidak turun-turun, diare berat sudah 1 bulan dan berat badan turun sejak 2 bulan yang lalu. Berbagai pemeriksaan sudah dilakukan dan pasien diduga menderita AIDS. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah ELISA. Hasil pemeriksaan saat ini didapatkan klien mengeluh sesak nafas dan batuk sehingga terpasang oksigen 2 liter/menit.

Konsep Teori yang Terkait Dengan Kasus di atas

A. Virus HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.

Bagaimana virus HIV bisa menimbulkan rusaknya sistem kekebalan manusia ?

Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.

CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.

B. Penyakit AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

Tanda dan Gejala

Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):
Gejala Mayor:

- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

- Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala Minor:

- Batuk menetap lebih dari 1 bulan

- Dermatitis generalisata

- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang

- Kandidias orofaringeal

- Herpes simpleks kronis progresif

- Limfadenopati generalisata

- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

- Retinitis virus sitomegalo

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan di saat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.

2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.

3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B

menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.

Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1.Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.Orang yang ketagian obat intravena

3.Partner seks dari penderita AIDS

4.Penerima darah atau produk darah (transfusi).

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T

WOC

VIRUS MASUK DALAM PEREDARAN DARAH DAN INVASI SEL TARGET HOSPES

Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus

Virus HIV bersifat sebagai antigen didalam tubuh

Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :

- Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.

- Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.

- Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

- Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

- Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :

a. Pengendalian Infeksi Oportunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

b. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

c. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

– Didanosine

– Ribavirin

– Diedoxycytidine

– Recombinant CD 4 dapat larut

d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.

f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

ELISA
Western blot

P24 antigen test

Kultur HIV

2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.

Hematokrit.
LED
CD4 limfosit

Rasio CD4/CD limfosit

Serum mikroglobulin B2

Hemoglobulin

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Imun

Pengkajian

Identitas Klien

Nama :Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Riwayat penyakit sekarang : positif AIDS

Riwayat keluarga

Data objektif :

· CD4 berkisar antara 1400-1500(NORMAL)

· demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia

· BB menurun

· Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness

· Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif

· Albumin 2,7 g/dL (N=3,5-5,0 g/dL)

· Kalsium 7(N=9-11mg/dL)

· Kalium 2,8 (N=3,5-5,5 mEq/L)

· Natrium 120 (N=135-145mEq/L)

· Hb 10 (N pria=13,5-18)

· Sel darah putih 14500/uL (5000-10000/uL)

· Turgor kulit bentuk semula kembali dalam 10 detik

· Hematokrit 50%

· Masukan di bawah nilai normal 1200 cc/hari

Data subjektif

· “Saya sulit tidur

· “Saya tidak menggunakan diuretik”

· “Saya haus”

Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

NOC

1. Keseimbangan elektrolit dan asam basa

2. Keseimbangan cairan

3. Status nutrisi: intake makanan dan cairan

1. Keseimbangan elektrolit dan asam basa

Defenisi: keseimbangan dari elektrolit dan nonelektrolit dalam ruangan intrasel dan ekstrasel tubuh

Kriteria hasil:

· Serum sodium dalam batas normal

· Serum potasium dalam btas normal

· Serum klorida dalam batas normal

· Serum natrium dalam batas normal

· Serum kalium dalam batas normal

· Serum magnesium dalam batas normal

NIC

- Pemantauan cairan elektrolit

Defenisi: pengumpulan dan analisis data pasien untuk regulate keseimbangan elektrolit

Aktifitas:

· Memonitor ketidak seimbangan asam basa

· Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit

· Memonitor kehilangan cairan dan dihubungkan dengan kehilangan elektrolit

· Konsultasi dengan dokter jika ada tanda dan gejala dari ketidakseimbangan cairan atau elektrolit

· Monitor serum dan osmolalitas urin

· Lengkapi nutrisi makanan dan cairan secara teratur

2. Keseimbangan cairan

Defenisi: keseimbangan cairan yang terdapat diruangan intrasel dan ekstrasel tubuh

Kriteria hasil:

· Keseimbangan intake dan output 24 jam

· Berat badan stabil

· Tidak ada rasa haus yang berlebihan

· Elektrolit serum dalam batas normal

· Hidrasi kulit tidak ada

NIC

- Pengelolaan cairan

Aktifitas:

· Pantau berat badan biasanya dan kecendrungannya

· Mempertahankan intake dan output pasien

· Pantau ststus hidrasi

· Memonitor status hemodynamic termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP

· Pantau tanda-tanda vital pasien

· Pantau status nutrisi pasien

3. Status nutrisi: intake makanan dan cairan

Defenisi: sejumlah makanan dan cairan yang masuk ketubuh 24 jam

Kriteria hasil:

· Intake makanan oral

· Intake cairan melalui oral

· Intake cairan

· Intake total nutrisi parenteral

NIC

- Pemantauan nutrisi

Defenisi:

Aktifitas:

· Menetapkan interval berat badan pasien

· Pantau kecendrungan dalam penurunan berat badan

· Pantau albumin , protein, Hb, dan hematokrit

· Pantau limfosit dan kadar elektrolit

· Pantau pilihan makanan pasien

· Pantau intake kalori dan nutrisi

Perawatan jenazah bagi penderita AIDS

Cara memandikan jenazah pengidap penyakit menular seperti HIV/AIDS tidak bisa sembarangan. Salah satunya, wajib mengenakan universal precaution (UP), yakni standar perlengkapan kesehatan yang terdiri atas penutup kepala, masker, goggle (penutup hidung), sarung tangan, pakaian steril, dan sepatu bot.

Meski cara memandikannya tetap sama, namun terhadap jenazah penderita HIV/AIDS tidak boleh dipangku seperti ketika memandikan jenazah yang terkena penyakit lain. Wajib gunakan UP untuk mencegah yang memandikan jenazah tertular HIV/AIDS.

Ada beberapa hal lain yang juga harus diperhatikan, yakni seperti pastikan air bekas memandikan jenazah bisa langsung mengalir ke got atau saluran pembuangan, dan jangan sampai tergenang. Sebab, genangan tersebut memungkinkan terjadinya penularan virus lain selain HIV/AIDS. Air yang dipakai harus clorin supaya virus yang berpotesi menularkan bibit penyakit bisa mati.

Ketika membersihkan jenazah tak boleh memangkunya.Caranya yaitu Jenazah diletakkan di tempat tidur, sementara yang membersihkan jenazah (modin) membersihkan jenazah. Setelah itu, sesegera mungkin jenazah dikafani dan dimakamkan, tak ada perbedaan teknik mengafani jenazah. Para modin tetap menggunakan UP ketika mengafani jenazah ODHA. Masyarakat jangan berpikir tindakan tersebut merupakan bentuk diskriminasi. Tapi, itu upaya melindungi modin agar tidak tertular penyakit yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar